Beberapa waktu yang lalu beberapa
kader dan simpatisan mengirim sms kepada saya kaitan beberapa elit PKS yang gaya hidupnya mulai
berubah. Perubahan yang dimaksud seperti
menggunakan mobil mobil mewah seperti Toyota Harrier dan Toyota Alphard.
Beberapa pekan yang lalu kita semua juga
dibuat kaget dengan salah seorang elit PKS yang mengenakan sebuah jam tangan
bermerek Rolex yang konon harganya mencapai tujuh puluh jutaan rupiah.
Karena
begitu banyaknya SMS yang saya terima sempat membuat hati saya galau
dan membuat saya juga terbawa emosi dan kecewa kepada mereka, tapi saya
putuskan untuk tidak menjawab semua SMS itu, saya berdoa kepada Alloh SWT agar
persoalan ini cepat selesai dan tidak berpengaruh besar terhadap keutuhan
jamaah ini.
Ketika persoalan itu sudah
mulai mereda Alloh SWT mengizinkan saya untuk berkunjung ke rumah salah seorang
pengusaha di Jakarta selatan, katakanlah Ibu Rini namanya. Saya pergi ke rumah Ibu Rini bersama seorang
ikhwan dan seorang kawan yang juga sorang pengusaha, katakanlah pengusaha itu namanya
Pak Iwan. Kami berangkat ke rumah ibu
Rini dengan mobil Toyota Fortuner milik Pak Iwan. Ketika tiba di rumah ibu Rini kami menunggu
di ruang tamu ibu Rini yang luasnya kira-kira 300 meter persegi dan sebahagian besar
dindingnya terbuat dari ukiran jati. Saya bertanya kepada teman saya Iwan, “ Iwan, ini ruang tamunya segede gini? “ Iwan menjawab “ iya ustadz, di dalam ada lagi,
hampir segede gini juga ustadz “ Dalam hati saya mengatakan masya Alloh. Kemudian Iwan menceritakan
kepada saya bahwa salah satu anak Bu Rini sedang sekolah sepak bola di
Manchester United Inggris. Saya bertanya lagi kepada Iwan” Ibu Rini punya mobil berapa wan”? “ sebelas
ustadz, dan semua harganya di atas satu miliar, kemaren beliau juga baru beli
satu mobil lagi” kata Iwan. Saya tanya lagi kepada Iwan “ emangnya Ibu Rini kerjanya apa Wan”,
kata Iwan “Dia pengusaha ustadz, dia
punya duapuluh delapan perusahaan” .Pulang dari Rumah Bu Rini saya coba
membayangkan seandainya saya ( pada waktu itu masih ketua fraksi ) harus
kembali lagi ke rumah Ibu Rini memakai BMW
( bebek merah warnanya ) saya, pasti saya tidak diperkenankan masuk,
atau paling-paling saya dianggap seorang tukang Koran atau tukang kebun. Atau kalau saya datang ke rumah Ibu Rini
dengan mobil Suzuki Katana misalnya, mungkian dia menyangka bahwa saya akan
mengajar privat anaknya yang masih SD.
Dari situ saya baru mengerti kenapa kader=kader tertentu perlu memakai mobil yang berkelas dan memakai
jam yang juga berkelas. Orang-orang seperti Ibu Rini adalah objek
dakwah kita juga, dan orang-orang seperti Ibu Rini jumlahnya juga tidak sedikit
di negeri ini. Mereka semua juga berhak
menerima dakwah Islam dan fikroh kita. Mereka semua juga harus kita datangi. Kita
memang tidak boleh melihat orang dari tampilannya tapi kita tidak bisa
menghindari bahwa orang lain menilai kita pertamakali adalah dari penampilan
kita.
Pada tanggal 25 januari 2011 sekitar
jam 9 Pagi ( sehari sebelum Pelantikani
walikota dan wakil walikota Depok ) Ust Tate Komaruddin ketua DPW PKS Jawa
Barat menghubungi saya via telepon.
Beliau bertanya kepada saya alamat orang tua Ibu Anis Biarwati yang pada
hari itu meninggal dunia, beliau akan berta’ziyah
. Setelah saya menjelaskan alamat orang
tua Ibu Anis saya katakan kepada ust Tate “ust
tidak usah pulang ke bandung saja biar saya pesankan kamar hotel di Bumi
Wiyata, bukankah ust besok juga harus ke Depok untuk menghadiri pelantikan
walikota dan wakil walikota?’ kata beliau” tidak, saya ada ada rapat farksi jam 4 sore, jadi saya harus ke
bandung”. Setelah itu saya tidak tahu lagi jadwal beliau, yang saya tahu
ust Tate sudah ada di Hotel Bumi Wiyata pada pagi hari menjelang pelantikan dan
datang ke pelantikan dengan menggunakan mobil Pajero. Begitulah kira-kira jadwal kegiatann para
qiyadah kita, pagi di Bandung, siang di Depok, sore di Bandung lagi dan malam
di Depok lagi. Dua puluh enam kota dan kabupaten di Jawa Barat harus beliau
perhatikan dan beliau sambangi, dari satu titik ke titik lainnya jaraknya
sangat jauh.
Dengan dua kisah di atas bukan
berarti saya setuju atau menghimbau
apalagi menyuruh kader kita untuk hidup bermewah-mewah. Saya Cuma ingin mengajak kita semua coba
memahami bahwa pada setiap level ada tokoh-tokohnya dan pada setiap level ada tuntutan-tuntutan yang berbeda. Saya juga
ingin mengajak kader untuk menilai orang tidak dari kesingnya tapi dari kontribusi
dan produktifitasnya bukan dari pakaiannya, bukan dari mobilnya, bukan dari
rumahnya. Itulah yang dimaksud dalam hadis “ sesungguhnya Alloh tidak melihat fisik kamu dan juga wajah kamu akan
tetapi Alloh melihat hati kamu dan amal ( produktifitas ) kamu “ Tampilan keren
dan perlente tapi kontribusi
dakwahnya besar akan lebih baik dari
pada penampilan sederhana tapi tidak ada
kontribusinya.
Dalam satu kesempatan Imam Abu
Hanifah seorang ulama fikih yang cukup terkenal yang juga saudagar kapal kargo dikomplein oleh seseorang karena
makanannya dianggap terlalu mewah untuk ukuran ulama kebanyakan. Orang itu mengatakan “ wahai syeikh, bukankah dunia ini adalah
penjara bagi orang-orang mukmin dan bukankah kebahagiaan orang mukmin di surga nanti ? “ Abu
Hanifah menjawab singkat “ penjaraku saja seperti ini apalagi surgaku
nanti”.
Wallohu a’lam
Depok, 28 Maret 2012
M.Supariyono
Ketua DPD PKS Depok
0 komentar:
Posting Komentar