Labels

Selasa, 01 Mei 2012

TOYOTA HARRIER, ALPAHARD DAN JAM ROLEX



Beberapa waktu yang lalu beberapa kader dan simpatisan mengirim sms kepada saya kaitan  beberapa elit PKS yang gaya hidupnya mulai berubah.  Perubahan yang dimaksud seperti menggunakan mobil mobil mewah seperti Toyota Harrier dan Toyota Alphard.   
Beberapa pekan yang lalu kita semua juga dibuat kaget dengan salah seorang elit PKS yang mengenakan sebuah jam tangan bermerek Rolex yang konon harganya mencapai tujuh puluh jutaan rupiah. 
Karena begitu banyaknya SMS yang saya terima sempat membuat hati saya  galau dan membuat saya juga terbawa emosi dan kecewa kepada mereka, tapi saya putuskan untuk tidak menjawab semua SMS itu, saya berdoa kepada Alloh SWT agar persoalan ini cepat selesai dan tidak berpengaruh besar terhadap keutuhan jamaah ini.
Ketika   persoalan itu sudah mulai mereda Alloh SWT mengizinkan saya untuk berkunjung ke rumah salah seorang pengusaha di Jakarta selatan, katakanlah Ibu Rini namanya.  Saya pergi ke rumah Ibu Rini bersama seorang ikhwan dan seorang kawan yang juga sorang pengusaha, katakanlah pengusaha itu namanya Pak Iwan.  Kami berangkat ke rumah ibu Rini dengan mobil Toyota Fortuner milik Pak Iwan.  Ketika tiba di rumah ibu Rini kami menunggu di ruang tamu ibu Rini yang luasnya kira-kira 300 meter persegi dan sebahagian besar dindingnya terbuat dari ukiran jati. Saya bertanya kepada teman saya Iwan, “ Iwan, ini ruang tamunya segede gini? “  Iwan menjawab “ iya ustadz, di dalam ada lagi, hampir segede gini juga ustadz “ Dalam hati saya mengatakan masya Alloh. Kemudian Iwan menceritakan kepada saya bahwa salah satu anak Bu Rini sedang sekolah sepak bola di Manchester United  Inggris.  Saya bertanya lagi kepada Iwan” Ibu Rini punya mobil berapa wan”?  “ sebelas ustadz, dan semua harganya di atas satu miliar, kemaren beliau juga baru beli satu mobil lagi”  kata Iwan.  Saya tanya lagi kepada Iwan “ emangnya Ibu Rini kerjanya apa Wan”, kata Iwan “Dia pengusaha ustadz, dia punya duapuluh delapan perusahaan” .Pulang dari Rumah Bu Rini saya coba membayangkan seandainya saya ( pada waktu itu masih ketua fraksi ) harus kembali lagi ke rumah Ibu Rini memakai BMW  ( bebek merah warnanya ) saya, pasti saya tidak diperkenankan masuk, atau paling-paling saya dianggap seorang tukang Koran atau tukang kebun.  Atau kalau saya datang ke rumah Ibu Rini dengan mobil Suzuki Katana misalnya, mungkian dia menyangka bahwa saya akan mengajar privat anaknya yang masih SD.  
 Dari situ saya baru mengerti kenapa kader=kader tertentu  perlu memakai mobil yang berkelas dan memakai jam  yang juga berkelas.  Orang-orang seperti Ibu Rini adalah objek dakwah kita juga, dan orang-orang seperti Ibu Rini jumlahnya juga tidak sedikit di negeri ini.  Mereka semua juga berhak menerima dakwah Islam dan fikroh kita. Mereka semua juga harus kita datangi. Kita memang tidak boleh melihat orang dari tampilannya tapi kita tidak bisa menghindari bahwa orang lain menilai kita pertamakali adalah dari penampilan kita.
Pada tanggal 25 januari 2011 sekitar jam  9 Pagi ( sehari sebelum Pelantikani walikota dan wakil walikota Depok ) Ust Tate Komaruddin ketua DPW PKS Jawa Barat menghubungi saya via telepon.  Beliau bertanya kepada saya alamat orang tua Ibu Anis Biarwati yang pada hari itu meninggal dunia, beliau akan berta’ziyah .  Setelah saya menjelaskan alamat orang tua Ibu Anis saya katakan kepada ust Tate “ust tidak usah pulang ke bandung saja biar saya pesankan kamar hotel di Bumi Wiyata, bukankah ust besok juga harus ke Depok untuk menghadiri pelantikan walikota dan wakil walikota?’ kata beliau” tidak, saya ada ada rapat farksi jam 4 sore, jadi saya harus ke bandung”. Setelah itu saya tidak tahu lagi jadwal beliau, yang saya tahu ust Tate sudah ada di Hotel Bumi Wiyata pada pagi hari menjelang pelantikan dan datang ke pelantikan dengan menggunakan mobil Pajero.  Begitulah kira-kira jadwal kegiatann para qiyadah kita, pagi di Bandung, siang di Depok, sore di Bandung lagi dan malam di Depok lagi. Dua puluh enam kota dan kabupaten di Jawa Barat harus beliau perhatikan dan beliau sambangi, dari satu titik ke titik lainnya jaraknya sangat jauh.
Dengan dua kisah di atas bukan berarti saya setuju atau  menghimbau apalagi menyuruh kader kita untuk hidup bermewah-mewah.  Saya Cuma ingin mengajak kita semua coba memahami bahwa pada setiap level ada tokoh-tokohnya dan  pada setiap level ada  tuntutan-tuntutan yang berbeda. Saya juga ingin mengajak kader untuk menilai orang tidak dari kesingnya  tapi dari kontribusi dan produktifitasnya bukan dari pakaiannya, bukan dari mobilnya, bukan dari rumahnya. Itulah yang dimaksud dalam hadis “ sesungguhnya Alloh tidak melihat fisik kamu dan juga wajah kamu akan tetapi Alloh melihat hati kamu dan amal ( produktifitas ) kamu “ Tampilan  keren dan perlente  tapi kontribusi dakwahnya besar akan  lebih baik dari pada penampilan sederhana  tapi tidak ada kontribusinya. 
Dalam satu kesempatan Imam Abu Hanifah seorang ulama fikih yang cukup terkenal yang juga saudagar kapal kargo dikomplein oleh seseorang karena makanannya dianggap terlalu mewah untuk ukuran  ulama kebanyakan. Orang itu mengatakan “ wahai syeikh, bukankah dunia ini adalah penjara bagi orang-orang mukmin dan bukankah kebahagiaan  orang mukmin di surga nanti ? “ Abu Hanifah menjawab  singkat “ penjaraku saja seperti ini apalagi surgaku nanti”.
 Wallohu a’lam
Depok, 28 Maret 2012
M.Supariyono
Ketua DPD PKS Depok

0 komentar:

Posting Komentar