Labels

Jumat, 20 Mei 2011

Masih bangsa yang santunkah kita sekarang???

Kisah Hikmah
 Dulu kita bangga menjadi warga bangsa ini, kita sering mendengar dari guru-guru disekolah bahwa negara – negara lain iri melihat bangsa ini yang terkenal sopan-santun dan berbudaya yang ramah.
Kita adalah bangsa yang dikenal dengan bangsa yang memilki budaya timur yang terkenal dengan keramahtamahannya. Tidak heran bangsa banyak menarik wisatawan asing, kita mungkin masih ingat pada tahun 1991, kita mengalami peningkatan jumlah wisatawan asing dengan program “Visit Indonesian Year 1991”
Tapi masih santunkah kita sekarang ????



Sejak berkembangya media massa terutama telivisi, ditandai dengan berdirinya tv-tv swasta (RCTI,SCTV,dll) hingga kini kita bingung berapa jumlah tv swasta, ditambah lagi media cetak dan kini dunia maya. Dan sebagaimana kita tahu,  media-media ini dimiliki oleh orang-orang sekuler.
Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, banyak masyarakat  kita yang akhirya menjadikan tontonan menjadi tuntunan,  dan tuntunan dijadikan tontonan. Maka tidak heran ketika banyak masyarakat yang mengikuti tren /gaya yang dilihatnya di televisi.
Memang kemajuan media ada manfaatnya, tapi karena tidak di pegang oleh orang yang bijak maka tidak heran nilai manfaatnya juga sangat sulit kita rasakan, karena media-media ini ada misi lain dibelakangnya, contohnya saja Metro-TV milik Surya Paloh, TV-One milik Abu Rizal Bakrie, dll.
Berkembangnya media-media tersebut ternyata membawa banyak perubahan moral bangsa ini, Orang bilang bahwa media modern sekuler memiliki motto “bad news is good news”. Artinya setiap kejadian buruk malah menjadi sumber penghasilan. Oleh karenanya media bermotto seperti itu sangat rajin mengumpulkan dan menyebarluaskan berbagai kejadian yang mengandung kemaksiatan, perbuatan keji, permusuhan, intrik, konflik dan kriminalitas. Semakin heboh suatu kejadian semakin bersemangat para kuli tinta sekuler memburunya. Itulah realitas berbagai media yang sejatinya berkarakter “modern sekuler”. Dia tidak peduli jika berita yang disebarluaskan melanggar akhlak ajaran Allah, Al-Islam. Ia hanya mengutamakan bagaimana caranya agar  ratingnya tinggi di mata para pembaca, pendengar atau pemirsanya. Semakin tinggi rating, maka semakin besar income yang dihasilkan. Inilah realita dunia media-massa pada umumnya di zaman penuh fitnah dewasa ini.

Sampai di sini sesungguhnya masalah yang timbul sudah cukup parah. Sebab keadaan ini menjadikan masyarakat setiap hari harus mendengar, menyaksikan dan mengunyah-ngunyah berbagai berita buruk yang sudah barang tentu mempengaruhi otak dan hatinya. Dan akibat selanjutnya masyarakat cenderung mengalami penurunan kehalusan perasaan/penginderaan terhadap berbagai  perilaku kemaksiatan, perbuatan keji, permusuhan, intrik, konflik dan kriminalitas yang diberitakan media-massa. Artinya masyarakat kian hari menjadi kian terbiasa dengan berbagai keburukan tersebut sehingga  menjadi toleran terhadap semua hal keji itu. Akibat puncaknya hilanglah ghirah (kecemburuan) di dalam diri dan akhirnya spirit amar ma’ruf nahi munkar (menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) menjadi pupus kalau tidak bisa dibilang mati sama sekali.
Sulit menemukan media dewasa ini yang berfungsi sebagai pelita di tengah kegelapan zaman penuh fitnah. Media yang menyebabkan manusia menjadi ingat dan tunduk-merendah kepada sang Pencipta Alam Raya.
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah berita di detikcom yang berjudul “MUI  belum beri sertifikat halal untuk keripik singkong dan pisang”  betapa hebatnya orang mengecam MUI di forum kometarnya, padahal MUI belum memberikan sertifikat halal karena MUI belum  mengetahui minyak goreng yang digunakan untuk membuat kripik ini.
Kasus lain betapa hebatnya orang membela Ariel Peterpan karena perbuatan asusila yang telah diperbuatnya, padahal dapat buruk perbuatannya bisa membinasakan akhlaq generasi muda terutama generasi Islam.
Kita hidup di dunia ini memiliki tugas agar beribadah kepada Allah, untuk itu sedini mungkin kita harus menjadikan setiap tindakan kita bernilai ibadah.
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.(QS Az-Zalzalah 7-8)

0 komentar:

Posting Komentar